JALAN KELUAR DARI PUSARAN HUTANG
Pelajari Polanya dan Lakukan Tipsnya!
Pelajari Polanya dan Lakukan Tipsnya!
Oleh: Among Kurnia Ebo
Salah satu yang saya coba refleksikan dalam pergantian tahun kali ini
adalah soal hutang. Mempelajari polanya dan mencoba merumuskan
solusinya.
Kenapa ini penting direfleksikan? Karena saya liat tak
banyak yang mencoba membuat resolusi yang fokus di sektor ini. Padahal
di antara mereka justru banyak yang terjebak dalam masalah ini. Tapi
justru tidak mencoba merefleksikannya dan menjadikannya sebagai resolusi
penting untuk kehidupannya di masa mendatang.
Membuat test case
Dalam satu tahun Kemaren itu sepanjang tahun 2016 saya memang menyengaja mencoba memposisikan diri sebagai pihak yang tidak berhutang. Tapi sebaliknya menjadi pihak yang di posisi pemberi hutang. Biasanya sih saya yang paling demen berhutang.
Dalam satu tahun Kemaren itu sepanjang tahun 2016 saya memang menyengaja mencoba memposisikan diri sebagai pihak yang tidak berhutang. Tapi sebaliknya menjadi pihak yang di posisi pemberi hutang. Biasanya sih saya yang paling demen berhutang.
Apakah uang saya lagi
banyak? Tidak juga! Mungkin saja malah sebenarnya duit orang-orang itu
lebih banyak. Tapi saya punya tujuan lain memang. Saya ingin memecahkan
salah satu misteri utang. Yang itu banyak terjadi di sekeliling kita.
Apakah itu? Yakni, kenapa orang-orang yang berhutang kebanyakan akan
sulit mengembalikan hutangnya dan plus ditambah menjadi sangat sulit
jalan rezekinya, bahkan seringkali menjadi semakin buntu? Apakah ini
kebetulan ataukah ini sebuah ilmu? Artinya bisa dijelaskan secara
ilmiah, bisa diterangkan berdasarkan pola-polanya dan bisa
dijelentrehkan sabab dan musababnya.
Melihat Tiga Fakta
Fakta yang pertama, setahun ini saya memberi hutang pada lebih dari 20 orang. Sebetulnya awalnya ingin saya batasi hanya 9 orang. Tapi mungkin mendengar dari mulut ke mulut kalau hutang ke si A itu gampang, maka jumlahnya kemudian bengkak menjadi tiga kali lipatnya. Ada yang hanya hutang satu juta, sepuluh juta, ada yang seratus juta, bahkan ada yang hampir 200 juta. Dan semuanya tanpa ada tanda tangan hitam di atas putih. Dan itu memang saya sengaja. Asal transfer saja dan percaya dengan apa yang diminta. Pokoknya dibikin semuanya mudahlah, kan memang sudah diniati dari awal.
Fakta yang pertama, setahun ini saya memberi hutang pada lebih dari 20 orang. Sebetulnya awalnya ingin saya batasi hanya 9 orang. Tapi mungkin mendengar dari mulut ke mulut kalau hutang ke si A itu gampang, maka jumlahnya kemudian bengkak menjadi tiga kali lipatnya. Ada yang hanya hutang satu juta, sepuluh juta, ada yang seratus juta, bahkan ada yang hampir 200 juta. Dan semuanya tanpa ada tanda tangan hitam di atas putih. Dan itu memang saya sengaja. Asal transfer saja dan percaya dengan apa yang diminta. Pokoknya dibikin semuanya mudahlah, kan memang sudah diniati dari awal.
Apa yang menarik dari sini? Ternyata
mereka yang berhutang itu datang dengan pola yang sama. Mau berhutang
dengan nominal sekian dan menyebutkan alasannya bahkan ada yang sambil
menitikkan airmata. Setelah itu memperkuat alasan itu dengan janji,
sekali lagi dengan janji, bahwa uang akan dikembalikan tanggal sekian
atau bulan sekian atau setelah proyeknya selesai. Kadang itu disertai
sumpah segala.
Fakta kedua, berapa orang yang akhirnya membayar
dan memenuhi pembayaran tepat sesuai janjinya? Survei membuktikan: Hanya
lima orang. Artinya kurang dari 25 persen dari total mereka yang
berhutang.
Bagaimana perilaku sebagian besar mereka? Hampir
polanya sama. Mereka Menghindar. Mematikan telepon. Dihubungi tidak
direspons. Bahkan ada yang menghilang. Intinya satu, mereka pergi atau
lari dari tanggung jawab dan mengingkari janjinya sendiri.
Fakta yang ketiga, bagaimana kehidupan mereka setelah berhutang dan
kemudian lari dari kewajibannya? Apakah lebih baik atau justru lebih
buruk kondisi hidupnya?
Ternyata pola yang ditemukan juga sama.
Hidup mereka semakin susah semua. Secara ekonomi semakin terpuruk bahkan
ada yang makin terlilit hutang dengan pihak-pihak lainnya. Makin
bertumpuk hutangnya. Secara sosial juga buruk. Terisolir atau mengisolir
diri dari pergaulan dan lingkungan sosialnya. Hubungan dengan
keluarganya juga menjadi sangat buruk. Secara spiritual juga kacau
balau. Ibadahnya berantakan, kedekatan kepada Tuhan nyaris ke titik
terendah bahkan ada yang kemudian menyalah-salahkan Tuhan. Menuduh Tuhan
sudah tidak adil dalam hidupnya. Fatal banget pokoknya!
.
Mengapa fakta itu bisa terjadi? Kenapa mereka yang berhutang itu tidak
bisa menyelesaikan hutangnya? Kenapa kehidupannya makin terpuruk?
Mengapa mereka semakin terlilit hutang yang lebih dalam?
Yang
pertama, saya perlu garis bawahi hutang itu bukan hal yang buruk, bukan
sebuah kejahatan, bukan suatu dosa, dan bahkan nabi pun melakukannya.
Jadi hutang itu muamalah biasa. Buktinya yang 25% faktanya sebaliknya.
Bisa mengembalikan hutangnya sampai lunas, rezekinya makin lancar, dan
kehidupan sosial spiritualnya makin baik.
Dalam konteks ini bahkan ada fenomena menarik yang dilakukan sahabat saya Marjunul Noor Purwoko
yang melakukan aksi semacam ini, terbukti untuk sampai detik ini, 90%
yang pinjam modal ke dia bisa mengembalikan sesuai kesepakatannya. Nah
peminjam peminjam yang disiplin membayar hutangnya inilah yang nanti
bisnisnya akan cepat sukses.
Nah di mana salahnya? Dimana
perbedaannya? Saya mencoba menjelentrehkan dalam bahasa sederhana
berdasarkan "riset perilaku" dalam setahun terakhir ini.
Pertama,
kenapa Anda terjebak dalam kumparan hutang yang tak selesai? ini ada
hubungannya dengan teori niat dan aksi. Maksud saya, antara niat awal
dengan fakta yang terjadi sesungguhnya punya hubungan kausalitas yang
erat. Fenomenanya bisa dijelaskan begini.
Kebanyakan dari mereka
yang berhutang ini setelah uangnya diterima tiba-tiba berubah dari niat
awalnya. Yang semula uang itu dimaksudkan untuk keperluan produktif
tiba-tiba dialihkan ke keperluan lain yang biasanya konsumtif. Ada
penyimpangan niat di situ.
Dalam agama ada ajaran bahwa semua
amal itu tergantung niatnya. Niat juga menentukan hasil akhirnya. Apa
yang diniatkan dan apa yang dilakukan juga dicatat malaikat. Nah
bagaimana jika niatnya sudah keliru? Tentu akan mempengaruhi hasil
akhirnya. Niat yang salah akan menghasilkan tindakan dan dampak yang
salah juga. Karena niatnya sudah diselewengkan maka hasil akhirnya akan
sesat juga. Langkah akan terseok-seok, jalan tidak lurus, dan itu akan
bikin susah diri sendiri.
Jadi faktor niat ini yang harus menjadi
prioritas ketika orang mau berhutang. Jangan pernah dipakai uang itu
diluar dari apa yang sudah diniatkan dari awal. Bahaya karena akan
menjadi awal malapetaka yang akan jadi belenggu Hidup Anda. Pakai
uangnya sesuai peruntukannya. Biar ke depannya juga mudah jalanya. Ini
nanti ada hubungannya dengan konsep vibrasi.
Kedua, perilaku yang
salah. Ingkar janji. Hampir ini yang dilakukan semua yang berhutang
itu. Ketika sudah pegang uang tidak segera untuk mengembalikan pinjaman.
Kebiasaan menunda diteruskan di sini. Ini sepele tapi sebetulnya sangat
berbahaya. Apalagi sudah menunda pembayaran ditambah lagi susah
dihubungi.
Ganti nomor HP. Menghindar pertemuan dengan bebohong.
Pura-pura lupa atau menyusun berbagai alasan yang dibuat-buat. Intinya
Anda bikin susah orang. Akibatnya nanti Anda juga akan terjebak dalam
kumparan kesulitan yang tak berujung, khususnya problem keuangan yang
tak kunjung selesai.
Ketika Anda menunda pembayaran hutang
sesungguhnya Anda sedang mengirim sinyal ke semesta agar pintu-pintu
rezeki Anda dari jalan yang lain juga ditunda atau mandeg. Mengingkari
janji dalam bentuk menunda bayar hutang itu adalah bagian dari doa Anda
sendiri yang mau tidak mau harus terwujud sesuai hukum alam. Bukankah
Allah sendiri berfirman bahwa setiap kebaikan yang kamu lakukan akan
kembali ke dirimu sendiri dan setiap kejahatan akan kembali pada dirimu
sendiri. Ini hukum pasti. Langsung dari Tuhan sendiri. Ini juga mudah
dijelaskan dengan teori vibrasi tadi.
Ketiga, kita menjadi sulit
keluar dari kumparan hutang karena ketika hutang itu tidak segera
dibayar kita masuk dalam hukum kezaliman. Apa mAksudnya? Membayar hutang
itu wajib dan Anda sudah berjanji dari awal. Tapi begitu dikhianati
sesungguhnya Anda telah menzalimi orang lain yang telah membantu Anda.
Bagaimana rasanya dizalimi? Kita pasti paham dan pernah merasakannya:
kecewa, gelisah, resah,kesal, nggondok, mangkal. Pokoknya serba negatif
dan susahlah. Yang mungkin tidak Anda tahu getaran negatif itu akan
tersambung ke Anda karena ada medianya atau sebabnya yakni proses hutang
piutang itu. Rasa kecewa, susah, sakit hati dan semacamnya itu akan
tertransfer langsung ke Anda. Menumpuk ke dalam jiwa Anda.
Akibatnya setiap hari Anda mengalami perasaan tidak enak. Tidak bisa
tenang. Berpikir jernih pun susah. Apa pun yang Anda lakukan akan salah
atau kepentok banyak kendala. Kalo Anda masih memakai uang itu untuk
bisnis pun dijamin tidak akan berhasil. Yang ada malah masalah baru.
Ketipu, dicuri, hilang, duitnya dijambret dan seterusnya. Alih-alih
hutang pertama terselesaikan, yang terjadi justru akan ketambahan utang
baru yang kian hari kian menumpuk. Dan Disitulah tanda tanda kehancuran
hidup Anda akan tampak.
Lalu bagaimana agar saat dalam posisi
banyak berhutang itu Anda bisa segera menyelesaikannya dan lalu justru
mendapatkan bonus kemudahan aliran rezeki dari bisnis atau proyek yang
bagus yang hasilnya bisa untuk menutupsemua hutang dan bahkan masih
punya kelebihan yang banyak?
Ya tentu saja harus kembali ke
ketiga hukum tadi. Pertama, luruskan antara niat dan aksinya. Jangan
tergoda untuk menyelewengkan niat. Ingat, ini sepele tapi bahaya.
Terpeleset di niat imbasnya akan bikin Anda masuk dalam kumparan
kesusahan berkepanjangan.
Kedua, begitu uang sudah ada langsung
Anda bayarkan secepatnya. Jangan ditunda, agar energi positif langsung
merasuk ke tubuh Anda. Begitu Anda membayar maka otak akan merekam itu
sebagai memori bahwa Anda itu kaya, punya duit, mampu. Buktinya bisa
membayar kok meskipun dengan ngos-ngosan. Dan itulah yang nanti akan
diproses otak untuk mewujudkan secara nyata.
Sebaliknya jika Anda
tunda pembayarannya maka otak akan merekam itu sebagai tanda bahwa Anda
memang miskin, tidak mampu, serba kekurangan buktinya sudah pegang uang
pun tidak sanggup membayar. Otak akan memprosesnya sebagai energi untuk
membentuk hidup Anda akan begitu terus kondisinya. Serba kurang dan
tidak mampu, meski sekedar untuk membayar sebagian hutang yang
seharusnya menjadi kewajiban yang diutamakan.
Ketiga, agar Anda
terhindar dari doa dan vibrasi orang yang terzalimi padahal dia sudah
baik menolong Anda dengan memberi hutang, maka datangi dan mintalah
kelegaan hatinya. Datangi, bicara, mintai maaf atas keterlambatan
pembayaran. Atau baru bisa membayar sebagian hutang itu. Atau bahkan
saat belum bisa bayar sama sekali. Itu akan menenangkan keduabelah
pihak. Jika jiwa Anda tenang maka Anda akan bisa bekerja atau berbisnis
dengan baik yang akan berbuah keuntungan karena semua energi di tubuh
dan pikiran sudah dibuat positif. Pada gilirannya semesta akan mendukung
semua langkah Anda bertemu dengan keberuntungan demi keberuntungan. Dan
hidup susah itu akan menjauh dengan sendirinya.
Anda percaya
dengan hukum tabur tuai atau hukum karma? Bahwa yang anda lakukan itu
akan berbalik ke diri anda sendiri. Anda mamanen apa yang anda tanam.
Anda bikin. Sudah orang maka hidup anda akan makin susah dan terus
menerus dalam kesulitan?
Kenapa begitu? Ini bisa dijelaskan
dengan teori hukum kekekalan energi. Dunia ini adalah energi. Jumlahnya
tetap. Tidak bertambah dan tidak berkurang. Dia hanya berpindah dan
berubah bentuk saja. Nah kalo anda sedang berhutang itu artinya sedang
ada energi positif yang anda terima dari orang lain. Jangan jadikan itu
bola panas. Jangan diendapkan terus energinya. Harus segera ditranfer
lagi dengan cepet mempermudah pembayaran. Kalo anda endapkan hemmmmm
akan seperti air. Dia akan menggenang, bau dan jadi tempat berkubangnya
bibit penyakit. Itu yang kemudian menjadikan hidup terus berada dalam
kumparan kesulitan. Sebelum energi itu anda alirkan lagi maka selamanya
hidup anda tidak akan berubah. Dalam zona negatif terus. Hutang Anda
tidak akan beres dan jalan rezeki Anda tidak akan bertambah banyak.
Kuncinya itu tadi, kalau memudahkan ya akan dimudahkan, kalau
menyulitkan ya akan makin sulit hidupnya. Dan itu kembali kepada yang
bersangkutan. Mau terus berkubang di situ atau lepas dari kubangan itu.
Makin cepat anda kembalikan hutang Anda, meski dengan bersusah-payah,
makin cepat energi alam ini membawa anda ke area energi yang lebih
positif. Di situlah satu persatu jalan kemudahan hidup anda terbuka
dengan sendirinya. Terbuka lebar-lebar dan dari banyak arah. Dan itu
hukum kekekalan energi yang pasti.
Sedekah itu Leverage
Bagaimana dengan ustad yang menganjurkan agar ketika hidup kita susah dan banyak hutang justru harus sering-sering bersedekah?
Bagaimana dengan ustad yang menganjurkan agar ketika hidup kita susah dan banyak hutang justru harus sering-sering bersedekah?
Nah itu juga benar. Sebab ketika kita memberi itu sebenarnya kita
sedang mengirimkan sinyal ke otak dan semesta bahwa kita ini mampu,
kaya, tidak kekurangan. Buktinya sedekah terus kok. Itu yang lagi-lagi
akan diproses otak dengan mekanisme vibrasi tertentu untuk segera
diwujudnyatakan. Dijadikan pribadi kaya yang sanggup melunasi semua
hutangnya.
Sudah tentu tidak cukup dengan sedekah doang. Itu
potong kompas namanya. Sedekah itu leverage, daya ungkit. Tapi pada
prinsipnya ikhtiar yang tiga tadi dilakukan dulu. Jadi komplementer itu.
Makanya kalau memasuki tahun 2017 ini Anda masih berada dalam pusaran
hutang yang tak selesai bisa mulai Instrospeksi dan berefleksi dengan
pola-pola di atas. Semoga Tuhan segera pertemukan Anda dengan
jalan-jalan kemudahan sehingga bisnis Anda jadi bagus dan banjir rezeki
lagi, berlimpah ruah tanpa batas.
Aminnnnn.....
Aminnnnn.....
Catatan singkat 1 Januari 2017
Boleh dishare tanpa ijin siapapun
Karena saya bukan pegawai dinas Perijinan!
Boleh dishare tanpa ijin siapapun
Karena saya bukan pegawai dinas Perijinan!
----------------
Kalau mau terbebas dari stres dan pengen ngakak ngakak doang boleh gabung di Group Facebook : Cara Lucu Jadi Pengusaha Bersama.
Kalau mau terbebas dari stres dan pengen ngakak ngakak doang boleh gabung di Group Facebook : Cara Lucu Jadi Pengusaha Bersama.
0 comments:
Posting Komentar